Token listrik adalah sistem pembayaran listrik prabayar yang memungkinkan pelanggan untuk mengontrol penggunaan listrik mereka.
Dengan token listrik, pelanggan dapat membeli pulsa listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Namun, banyak pelanggan yang masih bingung tentang cara menghitung jumlah kWh yang didapatkan dari setiap pembelian token listrik. Apalagi, harga token listrik tidak selalu sama dengan nominal rupiah yang dibayarkan.
Beli Token Listrik 100 Ribu
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui beberapa hal terlebih dahulu, yaitu:
Tarif dasar listrik (TDL) per kWh sesuai dengan golongan daya yang digunakan
TDL ini ditetapkan oleh pemerintah dan berbeda-beda untuk setiap golongan daya. Misalnya, untuk golongan R1/450 VA, TDL-nya adalah Rp 415 per kWh, sedangkan untuk golongan R1/1300 VA, TDL-nya adalah Rp 1.444,70 per kWh.
Pajak penerangan jalan (PPJ) yang dikenakan oleh pemerintah daerah setempat
PPJ ini bervariasi antara 3% sampai 10% dari nilai pembelian token listrik. Misalnya, di Jakarta PPJ-nya adalah 3%, sedangkan di Bandung PPJ-nya adalah 5%.
Biaya admin yang dibebankan oleh penyedia layanan pembelian token listrik
Biaya admin ini berbeda-beda tergantung dari tempat Anda membeli token listrik. Ada yang tidak mengenakan biaya admin sama sekali, ada yang mengenakan biaya admin sebesar Rp 2.500 per transaksi, dan ada juga yang mengenakan biaya admin sebesar 2,5% dari nilai pembelian token listrik.
Biaya materai yang dikenakan untuk pembelian token listrik di atas Rp 200.000. Biaya materai ini sebesar Rp 10.000 per transaksi.
Setelah mengetahui hal-hal di atas, kita dapat menggunakan rumus berikut untuk menghitung jumlah kWh yang didapatkan dari setiap pembelian token listrik:
kWh = (Nominal Pembelian – PPJ – Biaya Admin – Biaya Materai) / TDL
Contoh:
Anda membeli token listrik sebesar Rp 100.000 di Jakarta dengan golongan daya R1/1300 VA dan biaya admin sebesar Rp 2.500 per transaksi. Berapa kWh yang Anda dapatkan?
kWh = (Rp 100.000 – (3% x Rp 100.000) – Rp 2.500 – Rp 0) / Rp 1.444,70 kWh = (Rp 100.000 – Rp 3.000 – Rp 2.500 – Rp 0) / Rp 1.444,70 kWh = Rp 94.500 / Rp 1.444,70 kWh = 65,38
Jadi, Anda mendapatkan 65,38 kWh dari pembelian token listrik sebesar Rp 100.000.
Yang membuat token listrik boros
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan listrik yang boros, antara lain:
- Tegangan listrik, arus listrik, dan waktu penggunaan. Semakin besar ketiga faktor ini, semakin besar energi listrik yang dikeluarkan oleh sumber listrik.
- Tarif dasar listrik (TDL) per kWh. Semakin tinggi TDL, semakin mahal biaya listrik yang harus dibayar oleh pelanggan.
- Pajak penerangan jalan (PPJ), biaya admin, dan biaya materai. Ketiga faktor ini menambah beban pembayaran listrik bagi pelanggan.
- Semakin banyak gedung perkantoran dan pabrik yang beroperasi, semakin tinggi permintaan listrik di suatu daerah.
- Bangunan yang kurang memperhatikan aspek pencahayaan, ventilasi, dan isolasi dapat menyebabkan konsumsi energi listrik yang berlebihan.
Untuk menghemat penggunaan listrik, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut:
- Menggunakan peralatan listrik yang hemat energi, seperti lampu LED, kulkas inverter, dan AC low watt.
- Mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan atau tidak diperlukan.
- Mengatur waktu penggunaan peralatan listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
- Memilih golongan daya yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga atau usaha Anda.
- Membeli token listrik di tempat yang tidak mengenakan biaya admin atau biaya materai.
Apakah saldo token listrik bisa hangus?
Saldo token listrik adalah jumlah kWh yang tersedia di meteran listrik prabayar Anda. Saldo ini akan berkurang sesuai dengan pemakaian listrik Anda.
Jika saldo token listrik habis, maka Anda harus membeli token listrik baru untuk mengisi ulang saldo Anda.
Apakah saldo token listrik bisa hangus? Jawabannya adalah tidak. Saldo token listrik tidak memiliki masa kedaluwarsa dan tidak bisa hangus.
Anda bisa menggunakan saldo token listrik kapan saja, selama meteran listrik prabayar Anda masih aktif dan tidak rusak.
Namun, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait dengan saldo token listrik, yaitu:
Jangan memasukkan 20 digit kode token listrik ke meteran lebih dari 50 kali. Jika hal ini terjadi, maka kode token listrik akan menjadi tidak valid dan tidak bisa digunakan lagi.
Memasukkan kode token listrik ke meteran jika saldo Anda sudah mendekati nol. Jika hal ini terjadi, maka meteran listrik prabayar Anda akan terputus dan Anda harus membayar biaya reaktivasi untuk menghubungkannya kembali.
Jangan sampai membeli token listrik dengan golongan daya yang berbeda dengan meteran listrik prabayar Anda. Jika hal ini terjadi, maka kode token listrik tidak akan bisa dimasukkan ke meteran dan Anda harus menghubungi PLN untuk mengganti atau mengembalikan token listrik tersebut.
Apakah semakin besar daya listrik semakin boros?
Daya listrik adalah besarnya energi listrik yang diserap oleh suatu rangkaian setiap satuan waktu. Satuan daya listrik adalah watt (W) atau joule per detik (J/s).
Semakin besar daya listrik pada suatu rangkaian, semakin besar pula energi yang akan diserap.
Namun, daya listrik tidak selalu berbanding lurus dengan penggunaan listrik yang boros. Penggunaan listrik yang boros lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti:
Lama waktu penggunaan alat listrik
Semakin lama alat listrik digunakan, semakin banyak energi listrik yang terpakai.
Efisiensi alat listrik.
Alat listrik yang hemat energi akan mengonsumsi lebih sedikit energi listrik daripada alat listrik yang tidak hemat energi.
Kapasitas listrik terpasang
Kapasitas listrik terpasang adalah jumlah daya maksimum yang dapat digunakan oleh suatu instalasi listrik. Jika kapasitas listrik terpasang lebih besar dari kebutuhan, maka akan ada pemborosan energi listrik.
Jadi, semakin besar daya listrik tidak selalu berarti semakin boros. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mengatur dan menghemat penggunaan listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.