Ghibah dan kritik adalah dua hal yang sering kali dikaitkan dengan perilaku berbicara tentang orang lain. Namun, apakah Anda tahu apa perbedaan antara ghibah dan kritik?
Apakah keduanya sama-sama dilarang dalam Islam? Bagaimana cara menghindari ghibah dan melakukan kritik yang baik? Mari kita simak penjelasan singkatnya berikut ini.
Apa yang Dibicarakan Orang yang Ghibah?
Orang yang ghibah adalah orang yang membicarakan kejelekan atau aib seseorang yang tidak hadir di tempat pembicaraan.
Kejelekan atau aib yang dibicarakan bisa berkaitan dengan fisik, pakaian, sifat, perbuatan, ibadah, atau hal lain yang tidak disukai oleh orang yang dibicarakan. Contoh ghibah adalah:
- “Fulan itu botak, matanya sipit, dan hidungnya pesek.”
- “Fulanah itu pakaiannya norak, tidak sesuai dengan zamannya.”
- “Fulan itu pemalas, tidak pernah bekerja dengan baik.”
- “Fulanah itu jarang shalat, suka bolos dari masjid.”
- “Fulan itu anak haram, tidak tahu siapa ayahnya.”
Ghibah termasuk dosa besar dalam Islam, karena dapat merusak hubungan antara sesama muslim dan menimbulkan permusuhan, dengki, dan fitnah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:
“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda : ” (Ghībah itu) adalah engkau mengatakan tentang saudaramu mengenai apa yang ia benci.”
Dikatakan kepada beliau : “Apakah pendapatmu jika yang ada pada saudaraku sesuai apa yang saya katakan.”Beliau bersabda : “Jika yang ada padanya sesuai apa yang engkau katakan, maka itulah ghibah, dan jika tidak sesuai yang ada padanya, maka sungguh engkau telah mendustakannya.” (HR. Muslim).
Dampak Buruk dari Perilaku Ghibah?
- Dapat merusak agama seseorang, karena termasuk dosa besar dalam Islam yang dapat mengurangi pahala dan menambah siksa. Ghibah juga dapat melanggar hak dan kehormatan orang lain yang dibicarakan.
- Menguras emosi dan merusak suasana hati, baik bagi pelaku maupun korban. Ghibah dapat membuat orang merasa marah, sedih, sakit hati, atau tidak nyaman dengan kabar negatif yang disebarkan.
- Merusak reputasi diri, baik bagi pelaku maupun korban. Pelaku ghibah dapat dianggap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya, tidak sopan, dan tidak bijaksana. Korban ghibah dapat dianggap sebagai orang yang memiliki keburukan, kesalahan, atau skandal.
- Menimbulkan permusuhan dan persengketaan, baik antara pelaku dan korban, maupun antara orang-orang yang terlibat dalam ghibah. Ghibah dapat memecah belah persaudaraan, persahabatan, atau kerjasama yang sudah terjalin.
- Menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental, baik bagi pelaku maupun korban. Ghibah dapat menyebabkan stres, depresi, serangan panik, perasaan bersalah, hingga bunuh diri. Ghibah juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, serangan jantung, ilusi, dan halusinasi.
Penjelasan Singkat Mengenai Perbedaan Ghibah Dengan Kritik
Gibah Adalah berbicara tentang aib atau keburukan seseorang di belakangnya tanpa sepengetahuannya. Ghibah termasuk dosa besar dalam Islam, karena dapat merusak hubungan antara sesama muslim dan menimbulkan permusuhan, dengki, dan fitnah.
Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian apa itu ghibah? Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Beliau bersabda: Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya. Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan itu benar adanya pada dirinya? Beliau bersabda: Jika apa yang engkau katakan itu benar adanya pada dirinya, maka engkau telah mengghibahnya, dan jika tidak benar adanya pada dirinya, maka engkau telah berdusta atasnya.”
Kritik
Adalah memberikan pendapat, saran, atau masukan kepada seseorang tentang kinerja, perilaku, atau kualitasnya. Kritik tidak selalu negatif, karena bisa juga bersifat positif atau membangun.
Kritik yang baik adalah kritik yang disampaikan dengan tujuan untuk membantu, memperbaiki, atau menyempurnakan sesuatu, bukan untuk menjatuhkan, mencela, atau menyakiti. Kritik yang baik juga harus disampaikan dengan cara yang sopan, santun, dan bijaksana, serta sesuai dengan waktu, tempat, dan kondisi.
Adalah salah satu bentuk nasehat yang dianjurkan dalam Islam, karena dapat meningkatkan kualitas diri dan mendorong kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: “Agama itu adalah nasehat. Kami bertanya: Kepada siapa, ya Rasulullah? Beliau menjawab: Kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin kaum muslimin, dan kepada seluruh kaum muslimin.”
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui perbedaan antara ghibah dan kritik, yaitu:
Ghibah adalah berbicara tentang aib atau keburukan seseorang di belakangnya tanpa sepengetahuannya, sedangkan kritik adalah memberikan pendapat, saran, atau masukan kepada seseorang tentang kinerja, perilaku, atau kualitasnya.
Ghibah termasuk dosa besar dalam Islam, sedangkan kritik adalah salah satu bentuk nasehat yang dianjurkan dalam Islam.
Dapat merusak hubungan antara sesama muslim dan menimbulkan permusuhan, dengki, dan fitnah, sedangkan kritik dapat meningkatkan kualitas diri dan mendorong kebaikan.
Disampaikan dengan tujuan untuk menjatuhkan, mencela, atau menyakiti, sedangkan kritik disampaikan dengan tujuan untuk membantu, memperbaiki, atau menyempurnakan sesuatu.
Ghibah disampaikan dengan cara yang kasar, tidak sopan, dan tidak bijaksana, sedangkan kritik disampaikan dengan cara yang sopan, santun, dan bijaksana, serta sesuai dengan waktu, tempat, dan kondisi.
Cara kita Untuk Menghindari Ghibah
Ghibah juga termasuk dosa besar yang dapat mengurangi pahala dan menambah siksa. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk menghindari ghibah dan menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak baik.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari ghibah, berdasarkan hasil pencarian web yang saya lakukan:
Bergaul dengan orang yang baik.
Orang yang baik adalah orang yang tidak suka membicarakan keburukan orang lain, melainkan lebih memilih untuk berbicara tentang hal-hal yang bermanfaat, seperti ilmu, agama, atau kesehatan. Bergaul dengan orang yang baik dapat membantu kita untuk terhindar dari godaan untuk ghibah, dan juga dapat menulari kita dengan akhlak yang baik.
Unfollow akun pemicu ghibah.
Di era media sosial, kita sering terpapar dengan berbagai informasi yang dapat memicu kita untuk ghibah, seperti berita, gosip, atau komentar negatif tentang orang lain. Untuk menghindari hal ini, kita harus bijak dalam memilih akun yang kita ikuti, dan unfollow akun yang sering menyebarkan hal-hal yang tidak baik atau tidak penting.
Introspeksi diri.
Sebelum kita berbicara tentang orang lain, kita harus meneliti diri kita sendiri, apakah kita memiliki keburukan yang sama atau bahkan lebih buruk dari orang yang kita bicarakan. Jika kita menyadari bahwa kita juga tidak sempurna, maka kita akan lebih rendah hati dan tidak mudah menghakimi orang lain. Kita juga harus mengingat bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perkataan kita.
Jaga lidah dan jari.
Lidah dan jari adalah dua anggota tubuh yang sering digunakan untuk ghibah, baik secara lisan maupun tulisan. Kita harus menjaga lidah dan jari kita dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik, dan menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti berdzikir, berdoa, atau berbagi ilmu. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menjamin (menjaga) apa yang ada di antara rahangnya dan apa yang ada di antara kedua kakinya, niscaya aku jamin dia masuk surga.” (HR. Bukhari)
Selalu berpikiran positif.
Salah satu penyebab ghibah adalah berpikiran negatif tentang orang lain, seperti mencurigai, menuduh, atau menyalahkan. Kita harus menghindari hal ini, dan selalu berpikiran positif tentang orang lain, seperti memberi alasan yang baik, memaafkan, atau mendoakan. Dengan berpikiran positif, kita akan merasa lebih tenang, damai, dan bahagia, dan tidak akan tergoda untuk ghibah.
Ingat kebaikan orang tersebut.
Ketika kita ingin ghibah tentang orang lain, kita harus mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang tersebut, baik kepada kita maupun kepada orang lain.
Dengan mengingat kebaikan orang tersebut, kita akan merasa malu dan bersyukur, dan tidak akan mau menyakiti hatinya dengan ghibah. Kita juga harus mengingat bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, dan kita tidak boleh melihat orang lain hanya dari sisi kekurangannya saja.
Saling mengingatkan.
Jika kita mendengar atau melihat orang lain sedang ghibah, kita harus berani untuk menegur dan mengingatkan mereka, dengan cara yang baik dan bijaksana. Kita harus menjelaskan kepada mereka bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam, dan dapat membawa dampak buruk bagi pelaku dan korban.
Kita juga harus mengajak mereka untuk bertaubat dan meminta maaf kepada orang yang digunjingkan. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Buang penyakit hati.
Salah satu akar dari ghibah adalah penyakit hati, seperti dengki, iri, sombong, atau benci. Penyakit hati ini dapat membuat kita merasa tidak suka atau tidak senang dengan keberhasilan, kebaikan, atau keindahan orang lain, dan ingin menjatuhkan atau merendahkan mereka dengan ghibah.
Kita harus membersihkan hati kita dari penyakit hati ini, dan menggantinya dengan sifat-sifat yang mulia, seperti ikhlas, tawadhu, cinta, atau ridha. Dengan hati yang bersih, kita akan merasa lebih dekat dengan Allah, dan lebih sayang dengan sesama muslim.
Membaca Al-Qur’an dan hadits.
Al-Qur’an dan hadits adalah sumber utama ajaran Islam, yang mengandung banyak ayat dan sabda yang melarang ghibah dan mengancam pelakunya dengan azab yang pedih.
Dengan membaca Al-Qur’an dan hadits, kita akan lebih memahami hukum dan bahaya ghibah, dan lebih takut kepada Allah. Kita juga akan mendapatkan banyak petunjuk dan motivasi untuk meninggalkan ghibah dan melakukan hal-hal yang lebih baik, seperti beramal shalih, berakhlak mulia, atau berdakwah.
Berdoa kepada Allah.
Doa adalah senjata orang beriman, yang dapat membantu kita untuk mengatasi segala kesulitan dan godaan. Kita harus berdoa kepada Allah, agar Dia melindungi kita dari ghibah, dan memberi kita kekuatan untuk menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak baik.
Kita juga harus berdoa agar Allah mengampuni kita jika kita pernah melakukan ghibah, dan memperbaiki hubungan kita dengan orang yang digunjingkan. Salah satu doa yang dapat kita baca adalah: “Ya Allah, jadikanlah lidahku basah dengan dzikir kepada-Mu, dan jadikanlah hatiku penuh dengan rasa takut kepada-Mu, dan jauhkanlah aku dari ghibah dan namimah, dan ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”